¬Tita: Angin Masa Lalu

CONVERSATION

2 comments:

Posting Komentar

SEDANG BELAJAR IKHLAS

Tiba-tiba suara dari handphone yang berada tepat di samping kanan notebook mengagetkannya. Tita pun berhenti dan melihat ke layar ponselnya. SMS dari Iwan, kekasihnya yang telah menemani selama hampir 3 tahun. Tangan Tita segera menekan tombol buka, tak sabar mengetahui kabar dari sang kekasih yang seharian jarang ngasih kabar.
“Aku udah ga kuat de’. Aku terus nyakiti adx, kalo adx boleh, aku pengen ndiri. Silahkan adx menjalani hidup adx tanpa aku. Biarin aku ndiri ya, ku kacau, aku mau menata diri dulu. Maaf buat semuanya.”
Tita hanya terdiam membaca sms itu, perlahan butiran hangat itu meleleh membasahi pipinya. Sesaat dia hanya membisu. Tita mencoba menata hati dan pikirannya agar tenang dan tak mengambil keputusan saat dia masih dalam keadaan labil. Beberapa saat kemudian, dia pun membalas sms Iwan, orang yang sangat dia sayangi,
“Iya, silahkan. Jika itu memang yang kamu butuhkan.”
Emosi gadis itu sebenarnya belum stabil, sehingga setelah itu dia masih sms dengan kata-kata yang sebenarnya tak sepantasnya dia ucapkan. Malam itu, ditutup Tita dengan memejamkan mata, namun buliran bening itu masih mencuri celah di antara kelopak matanya.
Hari-hari setelah itu, dilalui Tita dengan menghibur diri. Tita mencari kata-kata yang bisa menenangkan hatinya, dan ada satu ungkapan yang mampu membuat dia tetap bisa tersenyum, walau pun itu hanya senyum palsu.
Ketika semua tak sesuai harapan, tetaplah tulus dalam menjalani hari. Yakinilah jika itu adalah yang terbaik yang Dia berikan tuk kita. Dengan ketulusan pasti “kisah” yang Dia tuliskan akan menjadi kisah terindah dalam hidup kita.
Suatu hari, Tita berkeliling untuk sedikit melupakan luka-luka yang ada dalam hatinya. Melihat pemandangan dan dunia luar adalah salah satu cara bagi Tita untuk melupakan sejenak rasa sakit itu. Dia mengedarkan pandangannya dan memperhatikan orang-orang sepanjang jalan. Tiba-tiba hati Tita seolah mati, jantungnya seakan berhenti sejenak. Tita tak yakin dengan yang dilihatnya. Dia pun menajamkan penglihatannya untuk meyakinkan hatinya, berusaha untuk tetap konsentrasi karena ia tengah mengendarai sepeda motor. Di sana, di ujung jalan sana, dia melihat sepasang makhluk ciptaan-Nya yang tak asing lagi. Ya, Iwan sedang bersama seseorang yang dia kenal dan tak akan pernah Tita lupakan. Wanita yang dulu pernah membuat Iwan membohonginya.
Tita hanya diam. Dia terpaku di pinggir jalan. Beberapa kendaraan masih bersliweran di depannya, namun Tita seakan mematung tak berdaya. Dia pun meneguhkan hatinya dan langsung tancap gas pulang. Di jalan, Tita tak mampu menahan linangan air mata itu hingga sampai di rumah. Di rumahnya sedang tak ada orang sehingga tak perlu ada yang tahu mengenai tangisannya. Dia bahkan belum bercerita kepada orang tuanya tentang hubungan Tita dan Iwan yang telah kandas. Ia takut, ayahnya akan menganggap Iwan hanya mempermainkan Tita, walau itu memang yang diarasakan oleh Tita.
Di kamarnya, Tita hanya sesenggukan dan terus menangis. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk menghubungi Iwan dan menanyakan hal yang telah dilihatnya. Awalnya Iwan berkelit dan berputar-putar. Tita terus memaksa, dan akhirnya Iwan pun mengakui.
Tita hanya bisa menangis, rasa sayang yang dulu sangat besar untuk Iwan berubah menjadi rasa benci yang tak kalah besarnya. Dia terus memaki Iwan karena Tita tak mampu utuk mengendalikan emosinya. Pada akhirnya, Tita pun beranjak untuk mengambil air wudhu, menenangkan diri, mencurahkan segalanya kepada Sang Maha Adil. Dia hanya ingi mencurahkan semuanya padaNya.
“Ya Allah, jika memang ini engkau berikan kepadaku, berikan aku kekuatan untuk melaluinya dengan tetap dalam ridha-Mu. Aku bohong jika aku ikhlas. Aku belum mampu. Tetapi, dengan segala kerendahanku dan segala kehinaanku, ijinkan aku berdoa untuk kebahagiaannya. Tetaplah jada Iwan dari perbuatan keji itu, tetapkanlah dia dalam RidhaMu. Aku sadar akan semua bibit, bebet dan bobotku ini sangatlah rendah, dia memang pantas mendapatkan orang lain. Walaupun beberapa orang bilang bahwa wanita itu,, yah, aku yakin Engaku Maha Tahu ya Allah. Tolong jaga Iwan dari api neraka dan segala yang menjauhkannya dari-Mu.
Ya Allah, teguhkan hatiku. Aku yakin akan rencanaMu yang lebih indah untukku. Kuatkan aku, dan jangan sampai hal ini menjauhkan aku dariMu ya Rabb. Amin ya Rabbal ‘Alamin.”
Setelah selesai berdoa, Tita pun mengirimkan pesan kepada Iwan.
“Maaf atas semua kata-kataku tadi. Selamat ya,.”
Sekali lagi, Tita menutup hari itu dengan lelehan airmata terus mebasahi pipinya.
Keesokan paginya, Tita mendapat SMS dari beberapa temannya. Seolah mereka tahu keadaan Tita. Dan pesan-pesan itu sangat berarti bagi Tita.
Seseorang mengatakan padaku,”Ikhlas adalah hadiah terindah dari ikhtiar, doa dan tawakkal kita, tidak berlebihan dan bukan tidak sama sekali.” Jika kamu yakin itu yang terbaik, maka teguhkanlah, dan mintalah petunjuk dan perlindunganNya. Tapi ingat, jangan terlalu berlebihan dan jangan terlalu melupakan seutuhnya. Baru kamu akan dapatkan keikhlasan yang kamu cari, setelah bersusah payah di jalan tu, dan datangnya dari hatimu, ketenangan hati.
Janganlah kita banyak atau terlalu bergantung dari makhlukNya. Sebab nantikita akan kecewa. Bergantunglah pada yang menciptakanNya. Karena Ia akan kekal abadi. Takkan pernah meninggalkan kita. Sebab dunia itu, kalau dituruti terus kita bakal capek. Ga ada habisnya. So, latih ikhlas dari sekarang.
Tita sedang belajar ikhlas.
Terima kasih ya buat kata-katanya itu. Bagi yang telah mengirimkan kepadaku, sangat inspiratif. Hehe,,,
Keep spirit.!!!!

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Hanyalah seorang AKU

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar