Sabuk atau PDL
Seperti biasa, aku menunggu Debi, Tita,dan Maya di dalam kelas untuk belajar bersama. Kegiatan yang memang iasa kami lakukan bersama setiap minggunya, yah, karena waktu Ujian Nasional semakin dekat. Sebuah beban tersendiri bagi kami, siswa SMP kelas IX. Aku menunggu kedatangan mereka bertiga dengan memandang ke luar jendela, terhampar sawah yang menghijau dan disertai rintik hujan yang sejuk.
Tak lama kemudian, terdengar riuh suara Maya dari luar. sepertinya ia sedang dalam emosi yang tinggi karena ia menjerit agak histeris. Begitu mereka bertiga mendekatiku, tanpa aku minta bercerita Maya langsung berteriak, "NIlai hasil latihan UN udah keluar!!! Dan aku cuma dapet 4, aaa..." Maya langsung terduduk lemas. Diantara kami berempat bisa dibuat ranking dari yang kadar kepintaran paling tinggi sampai paling rendah. Yang pertama tentu saja Tita, disusul Maya, Debi dan terakhir adalah aku. Hiks. Makanya setelah mendengar kata-kata Maya, aku langsung syok. Maya dapat rata-rata 4, aku??? Helllowww, seketika aku langsung pengen nangis.
Debi dan Tita menyusul. setelah mengobrol, ternyata ranking yang aku buat salah. Bagaimana mungkin diantara kami berempat Maya mendapat nilai rata-rata paling rendah. Kami pun jadi agak ragu untuk memulai belajar.
Maya seakan menahan emosi. Dia terus mengatakan bahwa ia takut. hal ini semakin membuat suasana menjadi kaku.
Suasana kaku pun berubah mencekam saat Maya melanjutkan perkataannya, "Bukan aku taku tidak lulus, bukan aku takut dimarahi uru dan Kepala sekolah, bukan aku takut malu jika nilaiku dipampang. Aku takut terkena sabuk Ayah di pinggangku dan lemparan sepatu PDL nya di punggungku."
Kami terdiam. Sementara hujan masih terus membasahi bumi yang menurutku kejam.
Tak lama kemudian, terdengar riuh suara Maya dari luar. sepertinya ia sedang dalam emosi yang tinggi karena ia menjerit agak histeris. Begitu mereka bertiga mendekatiku, tanpa aku minta bercerita Maya langsung berteriak, "NIlai hasil latihan UN udah keluar!!! Dan aku cuma dapet 4, aaa..." Maya langsung terduduk lemas. Diantara kami berempat bisa dibuat ranking dari yang kadar kepintaran paling tinggi sampai paling rendah. Yang pertama tentu saja Tita, disusul Maya, Debi dan terakhir adalah aku. Hiks. Makanya setelah mendengar kata-kata Maya, aku langsung syok. Maya dapat rata-rata 4, aku??? Helllowww, seketika aku langsung pengen nangis.
Debi dan Tita menyusul. setelah mengobrol, ternyata ranking yang aku buat salah. Bagaimana mungkin diantara kami berempat Maya mendapat nilai rata-rata paling rendah. Kami pun jadi agak ragu untuk memulai belajar.
Maya seakan menahan emosi. Dia terus mengatakan bahwa ia takut. hal ini semakin membuat suasana menjadi kaku.
Suasana kaku pun berubah mencekam saat Maya melanjutkan perkataannya, "Bukan aku taku tidak lulus, bukan aku takut dimarahi uru dan Kepala sekolah, bukan aku takut malu jika nilaiku dipampang. Aku takut terkena sabuk Ayah di pinggangku dan lemparan sepatu PDL nya di punggungku."
Kami terdiam. Sementara hujan masih terus membasahi bumi yang menurutku kejam.
1 comments:
Posting Komentar